Sabtu, 19 Desember 2015

Tips Praktis Menulis Resensi Film

Menyongsong akhir tahun, biasanya sejumlah bioskop memutar film-film baru untuk merayakan pergantian tahun. Agar hobi menonton kita lebih produktif, tidak ada salahnya jika kita iseng-iseng menuliskan resensi film tersebut. Sebagai sebuah karya seni, film hadir melalui visualisasi yang menarik perhatian mata lewat ilusi gambar, gerakan, musik, dan efek bunyi. Cerita film biasanya dibangun untuk menggugah emosi kita dan membawa pesan yang inspiratif. Film-film dengan peringkat nominasi Oscar, tidak jarang membuat kita merenung setelah menontonnya. Hal itu menandakan dalamnya makna yang disampaikan melalui ceritanya.

Ada berbagai genre atau jenis film, seperti film drama, film horor, film perang, film komedi, film aksi (action), film sejarah, film fiksi ilmiah (science fiction), film koboi, dan film musikal. Film juga dapat dikategorikan sebagai film hidup yang diperankan tokoh manusia, dan film animasi yang diperankan tokoh kartun. Sekarang ini, dengan teknologi 3 dimensi yang semakin canggih, film animasi sudah dapat dinikmati sedemikian 'hidup' nya. Melalui film, kita dapat memperoleh hiburan, pengetahuan, sekaligus inspirasi. Film-film yang bagus, menarik untuk disampaikan kepada orang lain melalui resensi film. Resensi dibuat sebagai bentuk apresiasi terhadap film tersebut dengan cara memberikan masukan, baik itu berupa kritik, pujian, atau saran, dengan menganalisis secara objektif kekuatan dan kelemahan film. Dalam analisis tersebut, kita bisa mengaitkannya dengan konteks sosial budaya, tempat film tersebut diproduksi dan dipertunjukkan.


Untuk menulis resensi film, diperlukan beberapa persiapan dari segi kontennya.
Berikut tips praktis menulis resensi film. Unsur-unsur yang harus kita cermati di dalam meresensi film adalah:
1. Tema cerita, yaitu tema apa yang diangkat dalam film tersebut?
2. Alur cerita, yaitu bagaimana alur cerita yang disajikan? Apakah bergerak maju, mundur, atau kombinasi keduanya?
3. Karakter tokoh, yaitu bagaimana karakter tokoh utama dan tokoh pendampingnya?
4. Latar cerita, yaitu lokasi dan waktu adegan yang disajikan menggambarkan suasana seperti apa?
5. Dialog tokoh, yaitu dialog-dialog penting apa saja yang perlu dikutip di dalam resensi film?
6. Amanat film, yaitu pesan moral apa yang disampaikan melalui film tersebut?
7. Akhir cerita, yaitu bagaimana akhir cerita fil tersebut? Apakah happy ending, sad ending, atau floating alias dibiarkan menggantung untuk mengajak penonton membuat kesimpulan sendiri.

Dalam membuka tulisan pada resensi film, kita bisa memulai dengan gaya-gaya tulisan berikut:
1. Mengawali dengan dialog penting dari karakter tokoh di dalam film.
2. Mengawali dengan gambaran salah satu adegan penting/menggugah di dalam film.
3. Mengawali dengan amanat kehidupan yang terkandung di dalam film.
4. Mengawali dengan gambaran latar cerita yang terkait konteks sosial budaya.
5. Mengawali dengan gambaran permainan dari karakter tokoh utamanya.

Resensi film juga harus menyertakan catatan yang meliputi:
1. Judul film
2. Nama sutradara
3. Nama aktor pemeran utama dan pendukung
4. Nama produser
5. Nama penulis skenario
6. Nama kamerawan (jika diperlukan di dalam resensi filmnya)
7. Nama pemusik (jika diperlukan di dalam resensi filmnya)
8. Durasi film
9. Tahun produksi
10. Penghargaan yang diperoleh, jika ada

Kritikan, pujian, maupun saran dalam resensi film dapat meliputi hal-hal berikut:
1. Permainan dari para aktornya.
2. Pengambilan gambar atau visualisasinya
3. Alur ceritanya
4. Konten atau pesan filmnya
5. Penggambaran latarnya
6. Pengolahan suara atau efek bunyi
7. Pilihan musik yang mengiringi film

Demikian hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat resensi film. Yuk, kita mulai menulis resensi film.

Senin, 27 Juli 2015

Membangun Imajinasi Lewat Mendongeng

Menulis cerita sudah biasa, tetapi mendongengkan cerita diperlukan tekniknya. Penulis menikmati asyiknya belajar mendongeng di Wiwin Dongeng Management. Kontak mata, bahasa tubuh, dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berimprovisasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mendongeng. Mendongeng harus mampu membangun imajinasi pendengarnya.

Mendongeng harus kreatif memvisualisasikan kata-kata. Setiap kalimat yang meluncur saat mendongeng menjadi elemen-elemen visual yang membentuk persepsi pendengarnya. Salah satu persiapan mendongeng adalah menjiwai konten cerita yang akan didongengkan. Kita perlu mempersiapkan pembukaan dongeng yang memikat, membangun rasa ingin tahu pendengar hingga menggiring pada klimaks. Di antara momen mendongeng, sesekali diperlukan interaksi dengan pendengar, seperti melontarkan pertanyaan, lelucon, atau menciptakan dialog dengan penonton, sehingga suasana lebih komunikatif dan hidup. Kalau perlu, pendongeng bisa mengajak penonton atau pendengarnya ikut bergerak dan menari, jika kebetulan ada irama musik yang sedang diperdengarkan.

Oleh karena itu, pendongeng juga kerap dituntut untuk mempersiapkan kostum dan perangkat dongeng lainnya, seperti boneka atau benda-benda penunjang yang diperlukan. Di sinilah diperlukan kreativitas dan improvisasi dari pendongeng. Pertahankan terus kontak mata dengan penonton, dan perhitungkan waktu di dalam alur mendongeng. Dongeng yang terlalu lama juga kadang menimbulkan kejenuhan. Setelah itu, sebelum menutup dongeng, jangan lupa menyelipkan pesan moral yang menggugah hati dan pikiran bagi penonton dan pendengar. Selamat mendongeng.

Makna Pandangan atau Tatapan (The Gaze) dalam Budaya Visual

Pernah dilihatin orang nggak?  Terus kita suka bilang, "Apaan lu lihat-lihat?" Gitu, kan? Jangan keliru berucap. Yakin dia se...