Sebaliknya, saya tergelitik untuk meluangkan waktu menuliskan dua catatan berikut ini. Barangkali, karena kedua catatan ini begitu membekas di hati saya. Semoga apa yang saya tuliskan ini, bisa memberi sedikit gambaran, bahwa kebahagiaan hidup manusia, pada hakikatnya senantiasa bersumber dari perjuangan lahir dan batin, terutama yang ditapaki dengan rasa gembira, dan dijalani dengan penuh kesabaran dan keridhoan Sang Pencipta.
Catatan penting pertama ialah, pertengahan tahun 2017, Tim penelitian Hibah Dikti Game Visual Novel, dari Tim DKV Unindra PGRI -- trio Dendi Pratama, Winny Gunarti, dan Taufiq Akbar-- berhasil menempuh perjalanan penelitian, mulai dari Yogyakarta, mengunjungi Universitas Amikom untuk bertemu Kawamata Hiruma, sang kreator Visual Novel "Twist Majapahit" pada buan Feruari 2017, hingga berkesempatan terbang keTokyo, untuk ikut berdesakan di keramaian Festival Summer Comiket pada 11-15 Agustus 2017 di Tokyo Big Sight. Di festival tersebut, kami berkesempatan menimba pengalaman dengan bertemu banyak kreator game, dan juga para cosplayer yang bergaya super kreatif. Orang-orang Jepang sangat menghargai kreativitas. Ekspresi para seniman mempunyai tempat tersendiri. Selain berkeliling di area Tokoyo Big Sight yang luas, kami juga menjelajahi pasar game di Akihabara, dan melintasi wilayah-wilayah komersial seperti Shinjuku. Selama tiga malam, kami menginap dan merasakan ketenangan di pinggiran kota Gotokuji. Di kota kecil ini, kami juga mampir ke kuil tempat patung-patung kucing Maneki Neko menjadi catatan harapan masyarakat kota itu.
Ini adalah petualangan spesial, yang pertama, dan menjadi pengalaman tak terlupakan. Terutama ketika upaya kerja penelitian juga memberikan kepuasan batin yang tak ternilai. Padahal, rencana perjalanan ke Tokyo, tadinya hanya sebatas impian di atas kertas, tetapi Tuhan ternyata mengabulkan doa kami dengan caraNya yang tidak terduga. Kami berburu tiket, dan sangat beruntung memperoleh tiket promo ANA ke Tokyo PP hanya 5 juta rupiah, di sana pun kami dapat menyewa apartemen yang besar dengan biaya yang sangat terjangkau. Musim panas di Tokyo membuat kami bisa leluasa memuaskan hasrat berpetualang dan menambah wawasan di berbagai tempat. Tim penelitian kami termasuk yang pertama (dari universitas tempat kami mengabdi sebagai dosen dan peneliti) yang berhasil ke Jepang dengan biaya dari Hibah Dikti, dan kami sangat bersyukur. Terlebih lagi, saya juga mendapat izin untuk membawa kedua putera saya, untuk ikut merasakan perjalanan di negeri sakura tersebut.
Catatan penting kedua ialah, momen spesial di pekan pameran Tugas Akhir Mahasiswa DKV Unindra PGRI bertajuk "Gandrung", yang berlokasi di Aula Gedung Guru PGRI, Jakarta. Pekan pameran yang berlangsung dua kali setiap setahun, yaitu bulan Februari dan September tersebut, kali ini...entah kenapa...menyisakan kenangan yang berbeda. Setelah beberapa tahun membimbing sejumlah mahasiswa, saya sendiri baru menyadari, ternyata ada kepuasan batin tersendiri setiap kali menyaksikan mereka berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mengikuti wisuda. Barangkali, karena momen "Gandrung" ini memang baru diselenggarakan beberapa tahun terakhir secara tematik, sehingga gregetnya lebih terasa. Yang jelas, momen "Gandrung" bukan sekadar untuk memamerkan hasil karya atau unjuk kebolehan para mahasiswa yang telah berhasil lulus sidang. Di balik perjalanan panjang yang menguras energi, ketahanan mental, bahkan mungkin menguras finansial mereka demi meraih cita-cita, ada hikmah kehidupan yang lebih berharga untuk direnungkan sebagai manusia ciptaan Tuhan dan makhluk sosial budaya. Kebahagiaan saya masih ditambah dengan kesempatan untuk berfoto bersama beberapa dari mereka sebagai bagian dari kenangan, dan dapat rezeki bingkisan lukisan wajah dari mahasiswa pelukis berbakat Roy Kurniawan.
Saya bersyukur pada Allah SWT, bahwa di tahun 2017 ini, saya memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari semua perjalanan hidup itu.