Cetakan I, September 2010 |
Winny Gunarti, dalam buku ini, menunjukkan kepada kita bagaimana cara kerja sejarawan dan sastrawan secara eksplisit dipadukan. Winny menyebutnya faksi: fakta dan fiksi. Tanpa disebut faksi, antara fakta dan fiksi sebenarnya telah menyatu dalam dirinya. Sebab fakta yang telah dituliskan adalah “fakta tulisan”, fakta dalam perspektif penulis. Jika begitu, fiksi juga menjadi “semacam fakta”. Bedanya, yang satu ditulis sejarawan, yang lain oleh sastrawan.
Dengan memadukan keduanya dalam satu genre tulisan, buku ini menjadi menarik. Di sepanjang perjalanan membaca, kita akan dibawa keluar masuk di antara dua perspektif terhadap realitas masa lalu: rasio sejarawan dan imaji sastrawan . Situasi ini tentu akan memotivasi pembaca untuk melacak sumber lain. Buku yang baik, saya pikir, adalah buku yang memotivasi kita untuk terus berada dalam ketegangan intelektual, untuk terus memburu pengetahuan lebih luas dan dalam hingga sampai pada satu titik filosofis: mengenali, memahami ,dan memaknai diri secara lebih baik.
Dr. Acep Iwan Saidi, Ketua Forum Studi Kebudayaan FSRD ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar