Kekayaan laut dan kesuburan di pulau-pulau yang hijau mendadak
dihantui kegelapan, ketika jantung Te Fiti, Sang Dewi Pulau dicuri oleh Maui,
manusia yang dibesarkan oleh para dewa. Akibatnya, panen gagal, ikan-ikan
menghilang, cuaca tidak bersahabat, dan rakyat yang tinggal di kepulauan wilayah Samudera Pasifik pun harus menderita
berkepanjangan.
Sejak menit pertama dimulai, film musikal animasi 3D Moana sudah mampu membuat penontonnya
terpana dengan gambar-gambar fantasi penuh warna. Animasi produksi Disney garapan
duet sutradara Ron Clements dan John Musker ini menampilkan detail elemen
visual yang begitu “real”. Sebagai pembuka, karakter Mau’i (suara oleh Dwayne Johnson) dimunculkan mengiringi tuturan
narasi yang bergaya flashback, dengan
intonasi yang sedikit mencekam, sehingga membuat penonton mulai penasaran.
Apakah rakyat harus terus menderita? Tentu saja tidak. Di
sinilah, nafas film itu dimulai. Dari suasana mencekam, secara perlahan
penonton diajak berpindah untuk menikmati hentakan irama musik pesisir yang
gembira. Adegan demi adegan menghadirkan karakter Moana Waialiki (suara oleh
Auli’i Cravalho), putri Kepala Suku Tu Waialiki, dari mulai kecil hingga
dewasa. Sosok yang kemudian dibangun
untuk merepresentasikan seorang perempuan penjelajah laut yang perkasa di dunia
petualangan samudera.
Film Animasi 3D Musikal: Moana, Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=LKFuXETZUsI |
Sepanjang menonton film animasi musikal ini, penonton terus
diajak berpindah secara dinamis dari suasana gembira, mencekam, komedi, sentimental,
gembira lagi, tegang lagi, lucu lagi, sentimental lagi, begitu seterusnya, dan
secara keseluruhan sangat
menghibur. Secara visual, kekuatan film Moana terletak pada setting suasana kepulauan dan lautan yang indah, penuh kemilau
warna-warna terang yang kontras. Penonton seolah diajak untuk berimajinasi
tentang sumber kehidupan yang tak ada
batasnya.
Selain itu, ada Moana dan Maui sebagai tokoh sentral dengan
karakter visual yang kuat. Moana sebagai
anak kepala suku adalah khas “seorang putri yang cantik dan menarik”, digambarkan melalui wajah oval dan
mata bulat besar, gaya rambut ikal panjang terurai, tubuh semampai namun
terampil memanjat, menyelam, melompat, dan berlari. Kemudian Maui digambarkan
sebagai pria yang kuat, sedikit egois, bisa berubah menjadi berbagai makhluk, bertubuh
besar yang dipenuhi tato sebagai catatan perjalanannya, namun juga berhati
lembut.
Ditambah lagi, rangkaian lagu yang mengiringi sejumlah
adegan penting seolah ikut menguatkan pesan yang ingin disampaikan dalam film
ini, bahwa perjuangan hidup menjadi hak dan kewajiban setiap makhluk, baik
perempuan ataupun lelaki. Akan tetapi, jantung kehidupan itu sendiri
diumpamakan sebagai “jantung Sang Dewi
Te Fiti”, jantung “perempuan”.
Bumi yang direpresentasikan melalui sosok Dewi Pulau Te Fiti
adalah bumi yang divisualisasikan dalam bentuk perempuan berselimutkan
pepohonan, yang kesuburan dan
kesejahteraan rakyatnya terletak dalam bentuk spiral sebagai “Heart of Te Fiti”.
Itulah sebabnya bumi, tanah air, tempat
manusia berpijak, disebut juga sebagai
ibu pertiwi. Film animasi musikal Moana tidak hanya menghibur, tetapi juga
diperkaya dengan mitologi. Karakter Moana sang penjelajah tangguh dan Dewi Te
Fiti seolah mewakili sebuah pesan yang dalam tentang makna dari jantung
kehidupan yang sesungguhnya bagi manusia.
Film Moana secara apik berhasil mendesain sebuah konstruksi pesan
yang dalam, terutama ketika peran gender menjadi bagian di dalam media dan seni,
khususnya film animasi.