Jangan sembarang bermain Ouija, papan spirit atau papan
bertuliskan alfabet dan angka yang dapat berbicara. Gara-gara habis bermain
Ouija,sebuah keluarga yang tinggal di Enfield,
Inggris mendadak tak lagi bisa hidup tenang.
Setidaknya itu pesan singkat yang melatarbelakangi kasus Enfield
Poltergeist yang terjadi pada tahun 1977 hingga 1979. Melanjutkan sukses the
Conjuring , dalam film The Conjuring
2 para penonton juga kembali diajak untuk melakukan kilas balik petualangan
pasangan paranormal Ed dan Lorraine
Warren untuk mengungkap kasus supranatural di Enfield tersebut. Sebuah rumah kecil di Enfield, Inggris, yang menjadi setting film ini didesain secara lebih artistik untuk membangun kesan
horor yang lebih dramatis.
Film The Conjuring 2
diputar serentak di Indonesia bertepatan dengan bulan Ramadhan, di saat para
setan-setan jahat justru dibelenggu agar tak mengganggu mereka yang sedang
berpuasa. Barangkali karena alasan itu pula, kita jadi penasaran ingin menonton
film hantu ini.
Meskipun The Conjuring 2 masih menggunakan gaya lama untuk “menakut-nakuti”
penontonnya, akan tetapi setidaknya ada 7 kekuatan visual gaya horor yang menarik untuk dicatat. 7 kekuatan visual itu seluruhnya berpusat pada tokoh Janet
Hodgson, yaitu:
1.
Kisah Nyata Janet
Sebuah film horor yang diangkat dari kisah nyata
umumnya lebih menarik perhatian, karena penonton diyakinkan bahwa narasi visual
yang disajikan bukanlah kisah rekayasa. Kisah
nyata Janet Hudgson, usia 11 tahun, yang kerasukan hebat di rumahnya sendiri, pernah menyita perhatian polisi, dan
sejumlah paranormal setempat pada masa itu. Kasus Janet konon menimbulkan pro kontra antara yang percaya dan yang menganggapnya hanya kisah bohong belaka.
2.
Karakter Visual Janet
Janet Hudgson adalah gadis kecil berambut pirang yang biasanya selalu
ceria. Namun keceriaan itu mendadak hilang, ketika ia harus mengalami ketakutan
luar biasa setiap hari, bahkan setiap detiknya karena dihantui arwah jahat Bill
di rumah itu. Dalam kesaksiannya, Janet mengatakan ia selalu diikuti, dibisiki,
diangkat, ditarik, dipegang, dan kadang dihempaskan oleh kekuatan yang tidak
terlihat.
3.
Ruang Kamar Tidur Janet
Ruang kamar tidur Janet menjadi setting yang natural namun tetap
artistik. Ruang ini juga mampu hadir
sebagai saksi bisu, tempat pergulatan
Janet melawan rasa takut menghadapi arwah yang menghantuinya. Hal ini diperlihatkan melalui penataan tempat
tidur yang sederhana, dinding bertempelkan puluhan salib yang berkesan dingin,
properti yang bergerak sendiri dan berantakan, dan tentu saja nuansa kegelapan
khas film horor.
4.
Dialog Janet
Dialog Janet dengan kakak perempuannya, lalu saat diwawancarai oleh
Lorraine Warren, menimbulkan rasa penasaran sekaligus kengerian tersendiri,
karena penonton diajak untuk menantikan setiap kata yang terucap dari bibir
Janet, dan kata-kata itu bunyinya kerap di luar perkiraan penonton.
5.
Suara Seram Janet
Suara seram Janet yang keluar saat ia dirasuki oleh sosok lelaki, hantu
bernama Bill, dihadirkan dengan nada yang parau, berat, dan kering. Suara seram
tersebut mampu menimbulkan imajinasi tentang sosok hantu yang jahat, tak
berperikemanusiaan, dan siap membunuh siapa saja.
6.
Ekspresi Janet
Ekspresi kebanyakan orang Inggris yang datar tidak tercermin pada
wajah Janet. Sebaliknya Janet lebih
banyak menampilkan ekspresi kaku, dingin, ketakutan dan ketakberdayaan yang
diperlihatkan melalui sorot matanya. Penonton berhasil diajak untuk ikut
merasakan sosok kecilnya yang terpuruk, sendirian, sementara tak seorang pun
bisa menolongnya.
7.
Fenomena
Poltergeist Janet
Fenomena poltergeist, berupa benda-benda yang bergerak dan melayang
sendiri di dalam ruangan,termasuk tubuh Janet yang berulang kali terangkat oleh
kekuatan gaib, menimbulkan ketegangan tersendiri, membuat penonton seperti ikut
tertarik, terdorong, dan terhempas dalam ruang kegelapan.
Sebagai tontonan yang dapat memacu detak
jantung, membangun ketegangan, dan membuat penonton ikut berhenti bernafas
karena ketakutan, maka The Conjuring 2 cukup berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar