Suatu malam di bulan Maret 2018, saya menemukan buku yang
berjudul “Camera Branding, Cameragenic vs Auragenic”, sebuah buku lama yang ditulis oleh Rhenald
Kasali (2013). Namun saya tertarik untuk
membelinya. Dalam buku itu, Rhenald Kasali merumuskan tentang 10 prinsip yang diperlukan untuk
membangun Camera Branding, yaitu: authentic, keunikan, intangibles, fokus, gallery mindset, connected, meaningful, consistently delivered, flavor, dan sustainable.
Yang menarik, setiap kali saya membaca sebuah buku, selalu ada
energi positif yang menghampiri.
Demikian pula saat saya membaca buku Rhenald Kasali. Hari itu, apa yang
dipaparkan oleh Kasali dalam bukunya tentang Camera Branding langsung menginspirasi saya untuk mengkaji lebih lanjut, terutama penerapannya
dalam sebuah program televisi. Saya pun
memilih studi kasus untuk Program Reality
Show , yaitu tayangan “Rumah Uya”,
satu di antara tontonan Reality Show yang masih eksis hingga saat ini, dan disiarkan
oleh Trans7 sejak tahun 2015.
Menurut saya, pembahasan tentang
penerapan Camera Branding dalam Reality Show penting untuk dipahami oleh akademisi, khususnya mahasiswa komunikasi maupun desain komunikasi visual, karena pada prinsipnya, penyampaian pesan
melalui Reality Show tidak dapat
dilepaskan dari unsur-unsur visual pembangunnya. Produk tontonan itu sendiri
adalah produk budaya massa yang dapat
membentuk persepsi sosial. Apalagi menyongsong tahun politik di tahun 2019. "Camera Branding" dapat menjadi senjata untuk membangun citra seseorang.
Oleh karena itu, saya pun menulis artikel berjudul “Camera Branding Dalam Reality Show Televisi Rumah Uya”. Tulisan tersebut, kemudian saya ikutsertakan
dalam publikasi Book Chapter yang
digagas bersama oleh Lintas Budaya Nusantara dengan Departemen Sejarah dan
Filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.
Alhamdulillah, di akhir November 2018, tulisan tersebut
telah dimuat dalam Book Chapter
berjudul “Lintas Budaya Nusantara Dalam Perspektif Kajian Multidisiplin” yang diterbitkan
oleh PT. Raness Media Rancage, anggota IKAPI. Distribusinya pun telah di mulai
sejak awal Desember lalu. Selain tulisan
saya, buku ini juga memuat 16 topik kajian lainnya tentang budaya, media, dan
komunikasi, termasuk kajian desain, seperti artikel berjudul “Tipografi
Vernakular: (R)Asa Desa di Kota Sebagai Pengobat Rindu”, karya Agung Zainal MR.
Bagi yang berminat untuk memiliki Book Chapter tersebut, kini sudah dapat dipesan melalui Raness
Media di nomor telepon 085353147899, atau melalui email: raness.media@gmail.com
Ini adalah sebuah catatan akhir tahun yang membahagiakan. Sebuah rasa syukur. Terima kasih buat yang sudah
menyempatkan diri membaca tulisan ini. Semoga di tahun 2019, selalu ada
inspirasi positif buat kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar